"Tidak, saya tidak mau berdoa untuk anak laki-laki ini," tuturku kepada seorang wanita janda yang tecengang memohon anaknya laki-laki yang berusia 15 tahun supaya didoakan. "Tidak akan ada gunanya. Selama anda tetap menyatakan kepadanya bahwa ia tidak akan mencapai kemajuan dalam hidupnya, maka kita akan membatalkan doa itu."
"Apakah Tuhan yang memberi wahyu demikian kepada anda?"
"Tidak," jawabku. "Saya hanya mengetahui kondisi dalam kehidupan kita atau anak-anak kita sendiri dalam kehidupan, bahwa kondisi kita itu diciptakan oleh kata-kata."
"Lalu apakah yang harus kami perbuat?" Ia bertanya.
"Ada sesuatu yang sebenarnya harus anda perbuat tatkala anak itu masih kecil. Sekarang ia sudah 15 tahun umurnya. Pertama, janganlah menekan-nekan dia tentang soal keselamatan. Kedua, katakanlah, "Tuhan, saya tidak tahu di mana ia berada, namun dimanapun ia, saya akan membungkus dia dengan iman dan kasih." Selama ini anda telah meliputi dia dengan rasa bimbang, takut dan kutuk. Katakanlah, "Tuhan, saya akan menyatakan apa yang saya yakini. Saya tidak menghendaki kehidupan anak ini akan berakhir di penjara. Saya tidak akan mengatakan kepadanya bahwa ia tidak akan berhasil. Saya yakin ia akan sukses."
Saya kembali ke kota itu 15 bulan kemudian. Secara singkatnya wanita itu menjelaskan kepadaku, "Walaupun sukar, tetap saya telah mengerjakan apa yang anda anjurkan. Dan kalau dulu ia menjadi hamba setan, kini ia sepenuhnya menjadi anak Tuhan."
Pengakuan:
Kehidupan itu terletak dalam kuasa kata-kata dan saya menyebarkan hidup dengan lidahku. Saya menggunakan kata-kata kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar